Seinget ane pas kejadian sebelum Tsunami
Jam
07.00 gw sama temen sebarak ujung karang, maz widie n mas Syafi'i,
kita bertiga pada berenang di pantai ujung karang, Meulaboh, Aceh
Barat. Emang kebetulan posisi barak lajang alias bujang {tapi belum
lapuk ya,,, soalnya pas kejadian masih umur 21 tahun,,, lagi gres -gres
nya terus badan masih langsing muka masih imut,,,,, "weeekss najis gw
pede amat ya neh org " (pikiran si pembaca) } kira-kira 10 meter persis
di belakang barak lajang Korem 012/TU di samping cafe karang sutra.
Memang
pada saat kita berenang di pantai suasananya agak beda gak seperti
biasanya pada hari minggu ku turut ayah ke kota,, eh salah pada hari
minggu tanggal 24 desember itu cuaca di sekitaran ujung karang agak
mendung berenang dan mandi2 bareng bertiga selesai sektiar 20 menitan,
selesai mandi kita bertiga persiapan mau apel pagi, maklum dulu masih masa darurat militer
jadi jangankan hari libur nasioanal hari minggu masuk juga cuuyyyy,,,,,,, jadi tiada hari tanpa Apel pagi.
Jam
07.30 kita dah beres mandi tapi sarapan babalas angine alias makan
angin aza, maklum namanya juga bujangan ga ada yang masakin, jadi
sampailah ane dan temen-temen sebarak lajang di lapangan Apel Korem
012/TU ujung karang jam 7.45 wib 50
orang anggota Makorem 012/TU sudah bersiap-siap melaksanakan Apel
Pagi, Seperti biasanya Jam 8 kacamata / tet Apel pagi segera di
mulai pasukan sudah meluruskan dan merapatkan barisan, “Siiiaaapppp
Grraaakkk” … “Setengah lencang kanan, Grak” Bintara Piket
memberiakan Aba-aba dan pada saat bersamaan gruk- gruk, grok-grok,
jrek-jrek ,, GEMPA 8,9 SR berlangsung, pasukan berhamburan berlarian,
saya dan teman satu leting saya Dani Ramdani (USA= Urang Soreang
Asli) berlari kearah yang sama yaitu ke dekat lapangan Voly, saya
ingat orang-orang khususnya yang beragama islam beristighfar,
bersalawat, bertahmid, takbir, leting saya dani tersungkur ke tanah
berlutut dan berkata pada saya hen, hen kiamat hen saya menjawab blm
Dan ini masih kiamat kecil (Sughra), dan
di dalam hati saya pun berdoa
LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH
ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang
yang berbuat aniaya) jadi
inget semua dosa yang telah diperbuat selama ini (kebanyakan dosa neh
) jadi takut mati apalagi blm pada waktu itu belum kawin lagi :( .
Gempa dahsyat itu
berlangsung sekitar 5 menit, selesai gempa Danrem 012/TU pada saat
itu Kolonel Inf Gerhan Lantara memerintahkan kepada anggota khususnya
yang sudah berkeluarga agar kembali ke rumah masing-masing untuk
melihat kelurga sedangkan yang lajang stand by di Makorem persiapan
untuk membantu korban gempa yang rumahnya runtuh, pada saat itu
leting saya widi dengan anggota lajang yang lainnya stand bye sambil
menunggu perintah selanjutnya,
sedangkan saya dan leting saya Dani mengambil
kereta (bahasa aceh) / motor di
parkiran dan berinisiatif untuk
melihat keluarga tapi tepatnya
bisa di bilang Cais
n Camer, pertama kami pergi ke Cais n Camer Dani di Seunebok tepatnya
di samping Mesjid Raya Meulaboh,
setelah menanyakan keadaan Cais
n Camer Dani bahwasanya mereka baik-baik saja maka kami melanjutkan
perjalanan ke daerah Rundeng yaitu tempat Cais n camer ane ternyata
mereka sedang tidak berada
ditempat karena Cais pada saat itu yang sekarang dah jadi bini /
mamaknya anak ane sedang berada di Banda Aceh karena Pacar ane dulu
itu Kuliah di Unsiyah Banda Aceh. Selesai melihat keadaan rumah cais
n camer sekitar 30 menit dari
berlangsungnya gempa tadi tepatnya pukul 08.45 kami
berdua berencana kembali ke Makorem di ujung karang untuk bergabung
dengan teman2 seperjuangan, kami mengendarai kereta (bahasa aceh) /
motor sambil melihat keadaan rumah-rumah yang roboh terkena gempa
dari arah rundeng. setibanya
di Pos
Polisi
arah
ke simpang
pelor
tiba-tiba
ratusan
orang-orang
berlarian
sambil berteriak air naik, air naik, air laut naik, saya dengan dani
sempat bertanya – tanya dan saling berpandangan, dan tanpa berpikir
panjang lagi dani langsung memutar balik kanan motor kami berlari
menuju arah lapang (mungkin
karena dah ketakutan juga),
dijalan orang berdesak-desakan sampai ada yang terjatuh dan malah ada
yang yang tertabrak kereta. Perjalanan
menuju lapang yang biasanya dapat di tempuh sekitar 15 menit pada
waktu itu menjadi sekitar 1,5 jam.
Sesampainya di Lapang
sekitar pukul 10.30 wib kami merasa gundah gulana (ciiele bahasanya)
dan penasaran ada apa ,sebenarnya
gerangan yang terjadi karena
pada waktu itu kita pada ga ngerti Kalo naiknya air laut yang sangat
tinggi tersebut yang dinamakan Tsunami,
kemudian kami berdua memutuskan untuk kembali ke Makorem tetapi
sesampainya di simpang kisaran dekat RSU Meulaboh yang
berjarak +
10 km dari ujung karang, kami
melihat air tergenang dijalan layaknya sedang banjir, setinggi betis
ane, tiba-tiba dani berubah pikiran untuk tidak melanjutkan ke korem
tetapi melainkan dia bergerak hatinya untuk membantu Cais n Camer (
biasa pada waktu itu lagi ambil hati camer biar di jadiin mantu x dia
ya,,,,, :) ) sedangkan saya melihat rumah Kontarakan di
Lr. Harimau yang kami sewa
seleting
yaitu (Serda Candra, Serda Widi, Serda Belo, Serda Dani, Serda Taufan
dan yang paling keren Serda Henry Yusuf (ane sendiri gan) kalo
ga salah sebulannya 3 jutaan jadi bagi enam 500 rb perorang.
Sewaktu melihat
keadaan Rumah Kontrakan Parah, Air setinggi pinggang dewasa dah
memenuhi rumah tersebut barang-barang yang berada di dalamnya sudah
pada basah dan hanyut berkeluaran semua termasuk celana loreng ane,
soalnya airnya mengalir deras gak kebayang gimana yang di ujung
karang sana pada waktu Tsunami tersebut berlangsung, pada waktu ane
lagi sibuk-sibuknya datang
leting ane Taufan yang sering kami panggil topenx, Topenx : hen
ngapain lo ?, Ane : neh lagi mungutin baju yang hanyut, Topenx : Dah
lo ikut gue aza, Ane : Kemana Penx ?, ga ada jawaban dari topenx ane
langsung ikut dia, ternyata topan membawa ane ke mesjid dekat
terminal meulaboh di situ ane melihat ada mayat seorang bayi n 1
orang dewasa, rupanya topan mengajak ane untuk membawa/mengevakuasi
kedua mayat tersebut ke RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh, kemudian kami
membawanya dengan menandu mayat tersebut sampai ke Rumah Sakit,
sesampainya di rumah sakit kami merasa kaget ternyata sudah ada
puluhan mayat yang tergeletak di lantai Rumah sakit.
Sekitar pukul 12.00
saya dan topenx berinisiatif untuk mengevakuasi mayat yang berada di
kota Meulaboh dan Ujung Karang, sebelum sampai di ujung karang kami
tak sanggup melihat pemandangan di kota meulaboh yang dipenuhi mayat
korban dari Tsunami, ada yang terjepit di bangunan yang roboh dan
tersangkut di tiang listrik di depan Bank BNI di Simpang Favo, kami
sempat berunding sebentar dengan taufan karena tidak mungkin kami
berdua menyelamatkan ratusan mayat, maka kami memutuskan untuk
mencari korban yang masih hidup di ujung karang, ditengah perjalanan
tepatnya di bekas Asrama Kodim kami bertemu Letkol Inf Catur (Pasi
intel) dan Serma Yuswanto Letkol catur terlihat sedih karena Istri
dan anaknya tidak terlihat, beliau mengatakan bahwa ibu pada saat
sehabis gempa masih berfoto-foto ke arah laut, memang pada saat
sebelum Tsunami Air Laut Surut sekitar 1 km, ikan-ikan
berloncat-loncatan karena tidak ada lagi air laut, masayarakat yang
tidak mengerti termasuk ane juga ( masih bloon) merasa senang karena
dapat mengumpulkan ikan ikan di lautan yang airnya surut, kemudian
kami izin untuk melihat keadaan di ujung karang, ternyata yang masih
terlihat kokoh adalah bangungan Makorem 012/TU yang belantai 3
sedangkan Asrama Polisi dan rumah masyarakat yang berada di sekitar
Makorem habis, rata, luluh lantah dihantam ombakan yang sangat besar
(Tsunami), Bangunan Makorem lantai 1 hanya tinggal tiang-tiang
penyanggah yang masih kokoh sedangkan dinding sudah jebol sedangkan
lantai 2 dan lantai 3 masih utuh, kami berdua segera menaiki lantai 2
ternyata tidak ada orang kemudian kami menaiki lantai 3 ternyata ada
sekitar puluhan orang yang selamat karena menaiki bangunan Makorem
ini, dan kami melihat Mayor Inf Indara (Pasi Ter) yang terlihat lemas
tak berdaya da salah satu ruangan Makorem, ternyata beliau sempat
hanyut terbawa tsunami sampai akhirnya tersangkut di lantai tiga
Makorem, maka kami berdua membawa beliau ke bawah dan mengevakuasi ke
RSU.
Demikian sekelumit
kisah diri ane pada saat Tsunami, memang saya tidak langsung melihat
bagaimana terjadinya Tsunami tetapi dampak n kehidupan setalah
Tsunami yang sangat terisolasi selama berhari-hari sempat saya
rasakan, Allhamdulillah saya masih bisa selamat dan ini juga
merupakan ujian karena bagaimana kita harus tetap survive dan selalu
ingat kepada Allah SWT.