TIME IS ME

Senin, 26 Desember 2011

Kenangan Tsunami 7 Tahun Silam 26 Des 2004,,,,,,,,,,,

Bismillahirahmanirrahim,,,,,,,,


Seinget ane pas kejadian sebelum  Tsunami 

Jam 07.00 gw sama temen sebarak ujung karang, maz widie n mas  Syafi'i, kita bertiga pada berenang di pantai ujung karang,  Meulaboh, Aceh Barat. Emang kebetulan posisi barak lajang alias bujang {tapi belum lapuk ya,,, soalnya pas kejadian masih umur 21 tahun,,, lagi gres -gres nya terus badan masih langsing muka masih imut,,,,, "weeekss najis gw pede amat ya neh org " (pikiran si pembaca) } kira-kira 10 meter persis di belakang barak lajang Korem 012/TU di samping cafe karang sutra.





Memang pada saat kita berenang di pantai suasananya agak beda gak seperti biasanya pada hari minggu ku turut ayah ke kota,, eh salah pada hari minggu tanggal 24 desember itu cuaca di sekitaran ujung karang agak mendung   berenang dan mandi2 bareng bertiga selesai sektiar 20 menitan, selesai mandi kita bertiga persiapan mau apel pagi, maklum dulu masih masa darurat militer
jadi jangankan hari libur nasioanal hari minggu masuk juga cuuyyyy,,,,,,, jadi tiada hari tanpa Apel pagi.


Jam 07.30 kita dah beres mandi tapi sarapan babalas angine alias makan angin aza, maklum namanya juga bujangan ga ada yang masakin, jadi sampailah ane dan temen-temen sebarak lajang di lapangan Apel Korem 012/TU ujung karang jam 7.45 wib 50 orang anggota Makorem 012/TU sudah bersiap-siap melaksanakan Apel Pagi, Seperti biasanya Jam 8 kacamata / tet Apel pagi segera di mulai pasukan sudah meluruskan dan merapatkan barisan, “Siiiaaapppp Grraaakkk” … “Setengah lencang kanan, Grak” Bintara Piket memberiakan Aba-aba dan pada saat bersamaan gruk- gruk, grok-grok, jrek-jrek ,, GEMPA 8,9 SR berlangsung, pasukan berhamburan berlarian, saya dan teman satu leting saya Dani Ramdani (USA= Urang Soreang Asli) berlari kearah yang sama yaitu ke dekat lapangan Voly, saya ingat orang-orang khususnya yang beragama islam beristighfar, bersalawat, bertahmid, takbir, leting saya dani tersungkur ke tanah berlutut dan berkata pada saya hen, hen kiamat hen saya menjawab blm Dan ini masih kiamat kecil (Sughra), dan di dalam hati saya pun berdoa LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya) jadi inget semua dosa yang telah diperbuat selama ini (kebanyakan dosa neh ) jadi takut mati apalagi blm pada waktu itu belum kawin lagi :( .



Gempa dahsyat itu berlangsung sekitar 5 menit, selesai gempa Danrem 012/TU pada saat itu Kolonel Inf Gerhan Lantara memerintahkan kepada anggota khususnya yang sudah berkeluarga agar kembali ke rumah masing-masing untuk melihat kelurga sedangkan yang lajang stand by di Makorem persiapan untuk membantu korban gempa yang rumahnya runtuh, pada saat itu leting saya widi dengan anggota lajang yang lainnya stand bye sambil menunggu perintah selanjutnya, sedangkan saya dan leting saya Dani mengambil kereta (bahasa aceh) / motor di parkiran dan berinisiatif untuk melihat keluarga tapi tepatnya bisa di bilang Cais n Camer, pertama kami pergi ke Cais n Camer Dani di Seunebok tepatnya di samping Mesjid Raya Meulaboh, setelah menanyakan keadaan Cais n Camer Dani bahwasanya mereka baik-baik saja maka kami melanjutkan perjalanan ke daerah Rundeng yaitu tempat Cais n camer ane ternyata mereka sedang tidak berada ditempat karena Cais pada saat itu yang sekarang dah jadi bini / mamaknya anak ane sedang berada di Banda Aceh karena Pacar ane dulu itu Kuliah di Unsiyah Banda Aceh. Selesai melihat keadaan rumah cais n camer sekitar 30 menit dari berlangsungnya gempa tadi tepatnya pukul 08.45 kami berdua berencana kembali ke Makorem di ujung karang untuk bergabung dengan teman2 seperjuangan, kami mengendarai kereta (bahasa aceh) / motor sambil melihat keadaan rumah-rumah yang roboh terkena gempa dari arah rundeng. setibanya di Pos Polisi arah ke simpang pelor tiba-tiba ratusan orang-orang berlarian sambil berteriak air naik, air naik, air laut naik, saya dengan dani sempat bertanya – tanya dan saling berpandangan, dan tanpa berpikir panjang lagi dani langsung memutar balik kanan motor kami berlari menuju arah lapang (mungkin karena dah ketakutan juga), dijalan orang berdesak-desakan sampai ada yang terjatuh dan malah ada yang yang tertabrak kereta. Perjalanan menuju lapang yang biasanya dapat di tempuh sekitar 15 menit pada waktu itu menjadi sekitar 1,5 jam.



Sesampainya di Lapang sekitar pukul 10.30 wib kami merasa gundah gulana (ciiele bahasanya) dan penasaran ada apa ,sebenarnya gerangan yang terjadi karena pada waktu itu kita pada ga ngerti Kalo naiknya air laut yang sangat tinggi tersebut yang dinamakan Tsunami, kemudian kami berdua memutuskan untuk kembali ke Makorem tetapi sesampainya di simpang kisaran dekat RSU Meulaboh yang berjarak + 10 km dari ujung karang, kami melihat air tergenang dijalan layaknya sedang banjir, setinggi betis ane, tiba-tiba dani berubah pikiran untuk tidak melanjutkan ke korem tetapi melainkan dia bergerak hatinya untuk membantu Cais n Camer ( biasa pada waktu itu lagi ambil hati camer biar di jadiin mantu x dia ya,,,,, :) ) sedangkan saya melihat rumah Kontarakan di Lr. Harimau yang kami sewa seleting yaitu (Serda Candra, Serda Widi, Serda Belo, Serda Dani, Serda Taufan dan yang paling keren Serda Henry Yusuf (ane sendiri gan) kalo ga salah sebulannya 3 jutaan jadi bagi enam 500 rb perorang.



Sewaktu melihat keadaan Rumah Kontrakan Parah, Air setinggi pinggang dewasa dah memenuhi rumah tersebut barang-barang yang berada di dalamnya sudah pada basah dan hanyut berkeluaran semua termasuk celana loreng ane, soalnya airnya mengalir deras gak kebayang gimana yang di ujung karang sana pada waktu Tsunami tersebut berlangsung, pada waktu ane lagi sibuk-sibuknya datang leting ane Taufan yang sering kami panggil topenx, Topenx : hen ngapain lo ?, Ane : neh lagi mungutin baju yang hanyut, Topenx : Dah lo ikut gue aza, Ane : Kemana Penx ?, ga ada jawaban dari topenx ane langsung ikut dia, ternyata topan membawa ane ke mesjid dekat terminal meulaboh di situ ane melihat ada mayat seorang bayi n 1 orang dewasa, rupanya topan mengajak ane untuk membawa/mengevakuasi kedua mayat tersebut ke RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh, kemudian kami membawanya dengan menandu mayat tersebut sampai ke Rumah Sakit, sesampainya di rumah sakit kami merasa kaget ternyata sudah ada puluhan mayat yang tergeletak di lantai Rumah sakit.



Sekitar pukul 12.00 saya dan topenx berinisiatif untuk mengevakuasi mayat yang berada di kota Meulaboh dan Ujung Karang, sebelum sampai di ujung karang kami tak sanggup melihat pemandangan di kota meulaboh yang dipenuhi mayat korban dari Tsunami, ada yang terjepit di bangunan yang roboh dan tersangkut di tiang listrik di depan Bank BNI di Simpang Favo, kami sempat berunding sebentar dengan taufan karena tidak mungkin kami berdua menyelamatkan ratusan mayat, maka kami memutuskan untuk mencari korban yang masih hidup di ujung karang, ditengah perjalanan tepatnya di bekas Asrama Kodim kami bertemu Letkol Inf Catur (Pasi intel) dan Serma Yuswanto Letkol catur terlihat sedih karena Istri dan anaknya tidak terlihat, beliau mengatakan bahwa ibu pada saat sehabis gempa masih berfoto-foto ke arah laut, memang pada saat sebelum Tsunami Air Laut Surut sekitar 1 km, ikan-ikan berloncat-loncatan karena tidak ada lagi air laut, masayarakat yang tidak mengerti termasuk ane juga ( masih bloon) merasa senang karena dapat mengumpulkan ikan ikan di lautan yang airnya surut, kemudian kami izin untuk melihat keadaan di ujung karang, ternyata yang masih terlihat kokoh adalah bangungan Makorem 012/TU yang belantai 3 sedangkan Asrama Polisi dan rumah masyarakat yang berada di sekitar Makorem habis, rata, luluh lantah dihantam ombakan yang sangat besar (Tsunami), Bangunan Makorem lantai 1 hanya tinggal tiang-tiang penyanggah yang masih kokoh sedangkan dinding sudah jebol sedangkan lantai 2 dan lantai 3 masih utuh, kami berdua segera menaiki lantai 2 ternyata tidak ada orang kemudian kami menaiki lantai 3 ternyata ada sekitar puluhan orang yang selamat karena menaiki bangunan Makorem ini, dan kami melihat Mayor Inf Indara (Pasi Ter) yang terlihat lemas tak berdaya da salah satu ruangan Makorem, ternyata beliau sempat hanyut terbawa tsunami sampai akhirnya tersangkut di lantai tiga Makorem, maka kami berdua membawa beliau ke bawah dan mengevakuasi ke RSU.



Demikian sekelumit kisah diri ane pada saat Tsunami, memang saya tidak langsung melihat bagaimana terjadinya Tsunami tetapi dampak n kehidupan setalah Tsunami yang sangat terisolasi selama berhari-hari sempat saya rasakan, Allhamdulillah saya masih bisa selamat dan ini juga merupakan ujian karena bagaimana kita harus tetap survive dan selalu ingat kepada Allah SWT.




Rabu, 14 Desember 2011

My first Posting

Akhirnya dah sekian lama terbuat juga blog,,,,,,,, rencana dah dari lama tapi apa mau dikata, lagi sibuk dines, tapi Insya Allah kedepannya makin rajin ngeblog n bikin posting - postingan khusunya tentang My Life, My Job, My Family dll, dsb, dah dulu deh hari ini mau ada yang dikerjain lagi,,,,,,,,,,,,,